Sabtu, November 22, 2014

Kenali Profil Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari...

Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari
(Pengasuh Pesantren Az-Zayn Al-Makki Al-’Ali Littafaqquh Fiddin)
Karena begitu banyaknya mahasiswa Al-Azhar yang belajar kepadanya, ia pun kemudian digelari Al-Azhar Ats-Tsani, “Al-Azhar Kedua”. Gelar itu merupakan ungkapan tulus dari para mahasiswa Universitas Al-Azhar sebagai penghormatan atas keluasan dan kedalaman ilmunya.
Saat menerangkan beberapa kata sapaan, Syaikh Ibrahim Al-Bajuri dalam kitab Hasyiyah-nya menjelaskan, “syaikh” sebagai kata bermakna orang tua yang berumur empat puluh tahun lebih. Namun demikian, jangan dulu heran bila orang banyak telah menyebut tokoh kita ini dengan sebutan “syaikh” sejak muda sekali, bahkan sebelum berusia empat puluh tahun.
Apa pasal? Yang dikatakan orang banyak itu selaras belaka dengan apa yang disebutkan dalam sebuah maqalah, al-‘alimu syaikhun wa in kana shaghiran, wal-jahilu shaghirun wa in kana syaikhan – seorang yang alim adalah seorang “syaikh” sekalipun masih kecil/muda usia, dan seorang yang bodoh tetap sebagai seorang yang kecil sekalipun ia seorang syaikh (tua usianya). Tak mengherankan, tatkala sebuah penerbit di Mesir hendak mencetak ulang dan menerbitkan kitab manaqib Imam Syafi’i yang terbilang sangat lengkap, karya Ath-Thabari, Syaikh Nuruddin-lah yang didaulat untuk menyampaikan pengantar dalam kitab tersebut. Padahal, saat itu usianya masih berkepala tiga.

Hijrah ke Kota Suci
Ulama yang pada tahun 2010 ini genap berusia setengah abad ini lahir di Banjar, Kalimantan Selatan, pada 1 September 1960. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara. Pada mulanya ia belajar Al-Quran kepada neneknya, bibinya, dan kakaknya yang sulung. Tahun 1974, ia sekeluarga hijrah ke Makkah. Di kota suci ini ia meneruskan pendidikannya di Madrasah Shaulatiyah. Saat lulus di tahun 1982, ia mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Di samping belajar secara formal, ia juga menyempatkan diri mengikuti majelis pengajian yang bersifat non-formal di Masjidil Haram dan di kediaman para guru, terutama Al-Faqih Ad-Darrakah Syaikh Ismail Utsman Az-Zayn Al-Yamani. Syaikh Ismail Az-Zayn adalah seorang ulama yang dikenal luas kefaqihannya. Sebagai seorang guru, Syaikh Ismail tak pernah jemu untuk bersama-sama berkumpul dengan sekian banyak anak muridnya.
Syaikh Nuruddin banyak menimba ilmu dari Syaikh Ismail. Ia amat akrab dengan gurunya yang satu ini, selalu melazimi majelis-majelisnya, dalam maupun luar kota Makkah, dan sering pula bersama-sama dengan gurunya itu pada banyak kesempatan, misalnya untuk menziarahi makam Rasulullah SAW di kota Madinah. Syaikh Nuruddin senantiasa berhubungan dengan gurunya ini hingga sang guru wafat, pada 20 Dzulhijjah 1414, selepas shalat Subuh di Masjidil Haram.
Saat berziarah bersama Syaikh Ismail Az-Zayn, yang disebut-sebut sebagai guru yang amat mewarnai corak pemikirannya itu, biasanya ia mulai berangkat dari Makkah setelah shalat Subuh berjama’ah di Masjidil Haram pada hari Kamis dan kembali pulang ke Makkah seusai shalat Jum’at keesokan harinya. Selain menghadiri majelis-majelis Syaikh Ismail, ia sering pula menemani gurunya itu pada berbagai kesempatan dakwah. Ia meluangkan banyak waktunya untuk berkhidmat kepada Syaikh Ismail. Karena kedekatan dan khidmatnya kepada sang guru, ia pun kemudian dapat mendekati para ulama lainnya dan menimba ilmu dari mereka semua. Di antara mereka, sebut saja, Syaikhul ‘Ulama Sayyid Hasan Masysyath, yang juga sering bersama-sama dengan Syaikh Ismail Az-Zayn, yang wafatnya tepat di Hari Raya ‘Idul Fithri 1399 H. Selain itu juga kepada Syaikhul Hadits wa Musniduddunya Syaikh Yasin Al-Fadani. Kepadanya, Syaikh Nurudiin mengambil banyak riwayat dan ijazah, terutama riwayat hadits musalsal (hadits yang periwayatannya terus bersambung dari yang mengijazahkan riwayat sampai Rasulullah SAW) dan juga sanad berbagai kitab, termasuk kitab-kitab sanad yang ditulis Syaikh Yasin sendiri. Syaikh Yasin wafat pada malam Jum’at 28 Dzulqa’dah 1410 H dan dimakamkan di Pemakaman Ma’la, Makkah.
Selain Sayyid Hasan Masysyath dan Syaikh Yasin Al-Fadani, banyak lagi ulama-ulama besar yang ia datangi untuk menimba ilmu, seperti Syaikh Abdullah Sa’id Al-Lahji, Syaikh Abdul Karim Banjar, Syaikh Suhaili Al Anfenani, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Syaikh Sa’id Al-Bakistani, Syaikh Zakaria Bila. Semasa tinggal di kota Makkah itu, ia telah sering mengajar para pelajar asal Indonesia. Di antara kitab-kitab yang diajarkannya pada masa itu adalah Qatrunnada, Fathul Mu’in, ‘Umdatus Salik, Bidayatul Hidayah.

Al-Azhar Ats-Tsani
Tahun 1983, selepas dari Shaulatiyah, Makkah, Syaikh Nuruddin melanjutkan pelajarannya ke Universitas Al-Azhar, Kairo, dan masuk Fakultas Syari’ah sampai mendapat gelar sarjana muda. Kemudian, pada tahun 1990 ia meneruskan pendidikannya di Ma’had ‘Ali li Ad-Dirasat Al-Islamiyah di Zamalik, masih di Kairo, Mesir, hingga memperoleh gelar di tingkat dirasat ‘ulya, atau sarjana penuh perguruan tinggi. Sebagaimana sewaktu di Makkah, perburuan ilmunya kepada para ulama setempat terus berlanjut. Selama di Mesir, ia selalu memanfaatkan waktunya untuk menimba ilmu dari para ulama besar yang menetap di sana atau yang sempat berkunjung beberapa lama di Mesir. Di antara para ulama yang menjadi guru-gurunya saat ia tinggal di Mesir adalah Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (mantan mufti Mesir), Syaikh Muhammad Zakaria Al-Kandahlawi (pakar hadits), Syaikh Muntashir Al-Kattani Al-Maghribi (ulama besar asal Maroko), Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi (ulama besar Mesir yang amat berpengaruh), Syaikh Ali Jadul Haq (mantan syaikhul Azhar), Syaikh Muhammad Al-Ghazali (dai, pemikir, ulama kontemporer, dan tokoh pergerakan di Mesir). Masih banyak lagi guru-gurunya yang lain, yang kesemuanya adalah tokoh-tokoh ulama puncak di negeri tempat mereka menetap.
Usai menamatkan pendidikan formalnya, ia semakin memfokuskan diri dalam mencurahkan ilmunya kepada ratusan pelajar Asia, khususnya Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Thailand, yang tengah menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Majelis kajian yang ia asuh di sana sebenarnya telah berdiri sejak tahun 1987, namanya Majlis Al-Banjari Littafaqquh Fiddin. Majelis itu dibuka di asrama pelajar Johor, asrama pelajar Pulau Pinang, dewan rumah Kedah, dewan rumah Kelantan, serta di Masjid Jami’ Al-Fath di sebuah kawasan bernama Madinah Nashr. Saat itu, karena begitu banyaknya mahasiswa Al-Azhar yang belajar kepadanya, ia pun kemudian digelari Al-Azhar Ats-Tsani, “Al-Azhar Kedua”. Gelar itu merupakan ungkapan tulus dari para mahasiswa Universitas Al-Azhar sebagai penghormatan atas keluasan dan kedalaman ilmunya.
Di samping mengajar, saat itu ia sudah mulai aktif menulis buku-buku agama berbahasa Arab dan Melayu. Sebagian kitab karyanya yang berbahasa Arab, saat ini sudah tersebar luas di Timur Tengah dan di sebagian negara Asia.

Sanad yang Bersambung
Di antara keistimewaan Syaikh Nuruddin, ia mewarisi metodologi pengajian yang berdasarkan ketersambungan sanad atau mata rantai keilmuan. Misalnya, dalam mempelajari hadits, hadits yang ia pelajari sampai silsilah periwayatannya hingga kepada Rasulullah SAW. Demikian pula saat ia mempelajari kitab-kitabnya para ulama, riwayat pembacaan kitab-kitab tersebut sampai silsilahnya kepada pengarang asal kitab, seperti Imam Syafi’i, Imam Suyuthi, Imam Nawawi, dan lain-lain. Di sinilah tampak kemurnian dan keberkahan ilmu yang berpindah dari generasi ke generasi.
Untuk mencapai prestasi keilmuan seperti itu, tentu dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Wajar saja memang bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mencapainya, “Ini terkait dengan masalah tradisi para ulama salaf ketika hendak memberi syarah terhadap sebuah hadits. Kita harus tahu siapa orang yang mensyarah hadits, atau hasyiyah (catatan kaki). Sebab banyak orang bisa memahami (arti harfiah) sebuah hadits tapi tidak bisa mengungkapkan dan tidak tepat memaknainya.
Inilah min fawaidi at-talaqqi, sebagian manfaat ber-talaqqi (berada di bawah bimbingan langsung seorang syaikh), supaya kita memaknai hadits itu secara tepat. Walau tidak dijamin seratus persen, insya Allah, dengan bertalaqqi pemahaman kita tidak akan lepas dari maksud dan tujuan penulis. Jadi bisa kita katakan al-haqiqah ala ma’na shahih (pengertian sebenarnya dengan makna yang benar),” kata Syaikh Nuruddin sekali waktu saat mengomentari pentingnya masalah sanad dalam ilmu.

Mencetak Tunas Ulama
Tahun 1998 ia dipercaya mengajar di Ma’had Tarbiyah Islamiyah (MTI), Derang, Kedah, yang didirikan almarhum Ustadz Niamat bin Yusuf pada tahun 1980. Di Kedah, kehadirannya bagaikan hujan yang menyuburkan bumi yang telah lama kehausan akan siramannya. Ia pun kemudian menetap di MTI Derang hingga tahun 2002. Di sana ia menjadi tenaga pengajar utama dan tokoh ulama muda yang disegani. Selain mengajar di MTI, ia juga aktif mengadakan majelis-majelis ilmu dan ceramah bulanan atau mingguan di masjid-masjid, sekolah-sekolah, perayaan-perayaan keagamaan, bahkan dakwahnya telah bergema di hotel-hotel, lingkungan pejabat kerajaan (Kedah, Pulau Pinang, Perak, Kelantan, dan Terangganu).
Setiap kali majelisnya digelar, pesertanya terus bertambah. Mereka adalah para penimba ilmu yang berhasrat menimba ilmu atau menerima siraman ruhani darinya. Setelah empat tahun menabur bakti di bumi Kedah, ia pulang ke tempat asal kelahirannya, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2004, ia pun mendirikan Pesantren Az-Zayn Al-Makki Al-’Ali Littafaqquh Fiddin di daerah Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Kata “Az-Zayn Al-Makki” pada nama pesantrennya merupakan nisbah kepada gurunya, Syaikh Ismail Utsman Az-Zayn Al-Makki, guru besarnya sewaktu ia menetap di kota Makkah. Di sinilah kini ia menetap dan mencetak tunas-tunas muda penerus perjuangan para ulama pewaris Nabi.
Sungguh beruntung negeri ini memiliki seorang ulama seperti Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari ini. Ia adalah gambaran sosok ulama yang istiqamah pada setiap apa yang dikerjakannya. Semangatnya luar biasa, tegas dalam prinsip, berdisiplin tinggi, berwibawa, dan selalu bersemangat dalam menyampaikan ilmu. Keistimewaan pribadinya juga tergambar dari rona wajahnya yang selalu berbinar ceria. Tak tampak ada rasa letih di wajahnya, meski kini waktu demi waktu ia habiskan untuk mengajar di banyak tempat, baik di pesantrennya sendiri maupun majelis-majelis rutin yang ia bina lainnya. Melihat jadwal mengajarnya saja, dalam dan luar negeri, tak sanggup rasanya seseorang terus berada bersamanya.
Tindak-tanduknya menunjukkan pribadi yang terpelihara oleh nilai-nilai adab yang mulia. Murid-muridnya pun memandangnya bukan hanya sebagai guru yang mencurahkan ilmu kepada mereka, tapi juga menuntun mereka dalam kemuliaan adab saat belajar. Dalam hal ini, Syaikh Nuruddin berpesan kepada mereka, “Akhlaq juga harus besar sebagaimana besarnya kitab-kitab yang kita pelajari. Dan beramallah, jangan sampai belajar di kelas tafaqquh (paham syari’at agama) tapi tak berminat untuk beramal.”
Ulama agung yang dimiliki Nusantara sekarang. Beliau juga penyusus kitab Fatawa Ismail Zayn yang berjudul Qurrat al-Ayn yang sering digunakan pondok-pondok di Jawa dalam Bahtsul Masail. Beliau jugalah yang sudah mengarang beberapa kitab penting berbahasa Arab yang memiliki manfaat yang banyak. Bukan mudah untuk ulama Nusantara mencapai derajat beliau. Ketika beliau ziarah Morocco, beberapa ulama Morocco menyaksikan kesalihan beliau, dan kealiman beliau. Jangan sebut status beliau di Mesir dan Nusantara sendiri, tentu tidak mudah ustaz-ustaz di tanah air untuk mencapai derajat beliau.
Perbezaan pendapat itu biasa, khilaf itu biasa. Tapi tidak sedikit pun khilaf itu menurunkan derajat beliau atau lainnya. Akan tetapi, sebuah tindakan tidak ilmiah, menghalang kerja dakwah terhadap permata Nusantara, harus kita jauhi. Ia bukanlah adab yang baik terhadap seorang ulama yang dihormati banyak. Apatah lagi beliau juga kadang dijadikan tempat rujuk oleh banyak Asatizah dan para Da'ie di Nusantara, juga sebagai sosok tokoh Nusantara oleh banyak ulama di Tanah Arab. Semoga Allah segera membangunkan kami dari mimpi buruk ini.
Di samping mengajar, sampai sekarang ia juga terus aktif membuahkan karya, baik mengarang maupun men-tahqiq (menelaah) kitab. Karyanya telah mencapai lebih dari 100 buku. Beberapa karyanya kini banyak dijadikan rujukan di beberapa perguruan tinggi, termasuk kitabnya, Qawa’id Fiqhiyyah, yang kini digunakan sebagai salah satu rujukan di Fakultas Syariah, di beberapa universitas di Malaysia. Begitu pula kaset-kaset, CD-CD MP3, VCD ceramah-ceramah dari majelisnya, risalah-risalah singkatnya. Hebatnya lagi, semua keuntungan hasil penjualan tidak diambil olehnya, tapi untuk kemanfaatan anak-anak muridnya saja.

Antara guru-gurunya ketika belajar di Mekah dan Mesir adalah adalah:-
asy-Syaikh al-‘Allamah Hasan al-Masyath رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad Yasin al-Fadani رحمه الله,
asy-Syaikh al-‘Allamah Ismail Utsman Zain al-Yamani al-Makki رحمه الله,
asy-Syaikh ‘Abdullah Said al-Lahji رحمه الله,
asy-Syaikh al 'Alaamah al-Jalil as-Sayyid 'Amos رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad ‘Iwadh al-Yamani رحمه الله
asy-Syaikh Zakaria Bila al-Indonesia رحمه الله
asy-Syaikh Muhammad Syibli al-Banjari رحمه الله
asy-Syaikh Karim al-Banjari رحمه الله
asy-Syaikh ‘Abdul Karim al-Bukhari رحمه الله
asy-‘Adnan al-Afnani رحمه الله
asy-Syaikh Saifurrahman رحمه الله
asy-Syaikh Sahili al-Anfanani رحمه الله
asy-Syaikh Said al-Bakistani رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits al-Kabir Muhammad Zakaria al-Kandahlawi رحمه الله
asy-Syaikh al-Jalil al-Habib ‘Abdul Qadir as-Saggaf حفظه الله
asy-Syaikh Muhammad Muntashir al-Katani al-Maghribi رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits al-Habib as-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki رحمه الله
asy-Syaikh al-‘allamah Muhammad Makki al-Hind رحمه الله
asy-Syaikh Muhammad Makhluf رحمه الله
asy-Syaikh al-‘allamah ‘Abdullah bin Hamid رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah al-Kabir Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi رحمه الله
asy-Syaikh al-Imam al-Akbar ‘ali Jadul Haq رحمه الله
asy-Syaikh Muhammad Zaki Ibrahim رحمه الله
al-Ustaz ad-Doktor asy-Syaikh Muhammad Tayyib an-Najjar رحمه الله
asy-Syaikh al-Jalil ar-Rabbani Muhammad ‘Abdul Wahid رحمه الله
asy-Syaikh al-‘allamah al-Kabir Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah al-Faqih ‘atiyyah Saqr رحمه الله
asy-Syaikh al-‘Allamah Hussin رحمه الله
asy-Syaikh ‘Abdul Hafidz al-Hind رحمه الله
al-Ustadz ad-Doktor Ahmad umar Hasyim حفظه الله,
al-Ustadz ad-Doktor ‘Abdusshobur Syahin
al-Ustadz ad-Doktor ‘Abdul Fattah asy-Syaikh,
al-Ustadz ad-Doktor Nashr Farid,
asy-Syaikh al-‘Arifbillah Yusuf Mahyuddin al-Hasani asy-Syadhuli ad-Darqawi حفظه الله dan ramai lagi.

Antara Kitab tulisan beliau:
الإحاطة بأهم مسئل الحيض والنفاس والاستحاضة
تساؤلات وشبهات وإباطيل حول معجزة الإسراء والمعراج والرد عليها
المختار من نوادر العرب وطرائفهم
آدب المصافحة
من هو المهدى المنتظر؟
المجال الإقتصاد في الإسلام
بيان مفتى جمهورية مصر العربية حول فوائد البنوك في ميزان أهل العلم
سفر المرأة (احكامه و آدابه)
الدرر البهية في إيضاح القواعد الفقهية
معلومات تهمك
أسماء الكتاب الفقهية لسادتنا الأئمة الشافعية
أحكام العدة في الإسلام
آراء العلماء حول قضية نقل الأعضاء
أدلة بحريم نقل الأعضاء الآدمية
الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر في الكتاب والسنة
العبر ببعض معجزات خير البشر صلى الله عليه وسلم
محمد نور الدين مربو البنجاري المكي والأحاديث المسلسة
الجوهر الحسن من أحاديث سيدنا عثمان عفان رضي الله عنه
اسمى المطالب من بعض أحاديث سيدنا على بن أبي طالب رضي الله عنه 
مراقي الصعود من بعض أحاديث سيدنا عبدالله بن مسعود رضي الله عنه
إفادة العام والخاص من بعض أحاديث سيدنا عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما
الكواكب الدري من أحاديث سيدنا أبي سعيد الخدري رضي الله عنه
الكواكب الأغر ببعض أحاديث سيدنا عبدالله بن عمر رضي الله عنهما
زاد السلك من أحاديث سيدنا أنس بن مالك رضي الله عنه
الإقتباس من أحاديث سيدنا عبدالله بن عباس رضي الله عنهما
فيض الباري حول بعض أحاديث سيدنا أبي موسى الإشعري رضي الله عنه
الردة أسبابها وأحكامها
توفيق الباري لتوضيح وتكميل مسائل الإيضاح للامام النووي
مكانة العلم والعلماء وآداب طالب العلم
dan banyak lagi

Antara kitab yang beliau tahqiq dan ta’liq
رسالة المعاونة والمظاهرة والمؤازرة
قرة العين بفتاوى الشيخ إسماعيل عثمان زين
رفع الأستار عن دماء الحج والاعتمار
شروط الحج عن الغير
الحسن البصري
إقامة الحجة غلى أن الإكثار في التعبد ليس ببدعة
خصوصيات الرسول صلى الله عليه وسلم
يستان العارفين
dan banyak lagi

Isnin, November 17, 2014

Amalan pesakit RITEQ untuk gangguan sihir...

Assalamualaikum wbt....   Segala puji-pujian hanya layak untuk ALLAH SWT Tuhan semesta alam, dan Nabi Muhammad utusan Allah penyampai risalah petunjuk dan penyuluh bagi seluruh umat... Selawat dan salam ke atas Penghulu kita tercinta Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga baginda dan para sahabat….
Amalan pesakit RITEQ untuk gangguan sihir...
Tiap lepas solat amalkan zikir ini 100x, Surah Al Furqon ayat 23.. 

Maknanya: "Kami jadikan segala amal perbuatan mereka bagaikan debu yang berterbangan".

Selesai baca 100x hembus dgn kuat ke kiri kanan, depan dan 

belakang, atas dan bawah.
Niatkan untuk menghancurkan seluruh hantaran/ kiriman sihir.

Baca juga Surah Toha ayat 69.

Maknanya: "Tidak menang tukang sihir itu dari arah manapun ia datang".
Lepas baca 100x, hembus dgn kuat ke arah tukang sihir 

(bayangkan tukang sihir di hadapan anda), atau tiupkan ke arah mana pun tak apa. 

yang penting niatkan segala kekuatan sihir mereka akan lemah dan kalah.
Moga bermanfaat.
(Dipetik dari FB Rawatan Islam Terapi Qolbu)
RITEQ Sandakan....adalah perkongsian secebis dari kisah hidupku, pendapat peribadiku, dan secubit pengalaman dari kisah-kisah rawatan...Dan jika ada artikel yang aku copy paste di sini bukan bertujuan untuk menciplak, tapi untuk dikongsi dan disebarkan....InsyaAllah, pasti dinyatakan tuan punya hak artikel tersebut....jika ada protes, sila e-mail saja, tindakan akan diambil serta-merta.

Lain-lain catatan yang mungkin ingin anda baca...