Assalamu'alaikum...Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya bukan. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet (isteri penulis pun cerewet jugak bah!!!).
Tersebut lah suatu kisah di mana Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istrinya yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah Umar. Khalifah Umar hanya berdiam saja, mendengarkan istrinya yang sedang ngomelan marah-marah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa
yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan,
berdiam diri saat istrinya ngomel dan marah-marah? Mengapa ia hanya mendengarkan sahaja,
padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
1. Isteri Sebagai Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan
laki-laki ada di mata mereka. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya,
niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh
elok wanita di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir,
bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat
melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; iaitu nafsu syahwat.
Adalah
sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki
untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat
ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak
diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.
Maka,
ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api,
ia akan ingat pada istrinya, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan
indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi
dengan liuka yang sama, lebih indah, malah bisa membawanya ke langit biru.
Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang
salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Isteri Sebagai Pemelihara Rumah.
Pagi
hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam.
Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan
terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan
uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga,
memelihara agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah
tak menguap sia-sia. Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24
jam, tanpa bayaran.
Jika
suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh
cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi?
Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah
yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu.
Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan@kemarahan istrinya, karena (mungkin) ia
lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin
membebani.
3. Isteri Sebagai Penjaga Penampilan.
Umumnya
laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian
warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan
bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang
setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas
untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang
sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak
mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
4. Isteri Sebagai Pengasuh Anak-anak.
Suami
menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan
istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang
menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas
agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas
membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, "Akulah yang
membuatnya begitu"......Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak
lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Isteri Sebagai Penyedia Hidangan.
Pulang
kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di
seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan
suami cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal
terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi
istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu
suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilih-milih cabai dan
bawang.
Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan
mengingat lima peranan ini, Khalifah Umar kerap diam setiap kali istrinya ngomelan marah-marah.
Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di
pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka,
memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak,
menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri,
tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelahnya.
Khalifah Umar
hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan
kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah
ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga
terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.
Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Khalifah Umar ini???? Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya. InsyaAllah, jika kita para suami mampu mencontohi perilaku Khalifah Agung, maka amanlah rumahtangga dan terhindarlah dari bercerai-beraian....
WallahuAlam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan